Dilema Kenaikan Dana CSR Batu Bara vs Ancaman Kesehatan Warga

Bunyi beradu adukan sendok dengan gelas kaca terdengar nyaring, saat Sumarni (53) -bukan nama sebenarnya-, menyeduh air minum bercampur perasa dan es batu di dapur warung tempat dia berjualan.

Tak berselang lama, Sumarni muncul, minuman segar tersaji segera diantarkannya untuk pembeli di warungnya. Terik matahari akhir Oktober 2023 siang itu, di Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), sangat menyengat, namun sudah di ujung puncak musim kemarau.

Sempat berbincang ringan, si pengunjung warung pulang, Sumarni sigap, dipakainya sepotong kain setengah basah melap meja bekas tempat duduk orang tadi. Dia rajin membersihkan meja-meja itu, jika tidak debu berwarna hitam pekat pasti akan menempel di atasnya.

Dia menceritakan  debu yang menyerbu permukiman penduduk, beberapa bulan belakangan terakhir datang dengan jumlah yang tidak wajar. Menjadi perbincangan hangat warga desa di kecamatan ini, bahkan meluas hingga beratus meter di bagian pesisir permukiman penduduk Kecamatan Marabahan, yang letaknya berada di seberang, Sungai Barito. Debu hitam berpartikel kasar terasa diraba, seakan terbang ditiup dan singgah sesuai kehendak angin.

Dalam sehari, Sumarni paling tidak harus membersihkan debu di warungnya yang berlokasi di tepi jalan raya itu sebanyak tiga kali, bahkan bisa 10 kali jika lagi apes.

“Jika pagi, sebelum saat membuka warung, colek saja (meja) ini, pasti hitam tangan,” katanya. Dia meyakinkan, debu partikel hitam itu berbeda dengan jenis debu pada umumnya.

Ditanya makanan basah, warung sederhananya enggan menyediakannya, jika dipaksakan, semua makanan ringan dan kue harus terbungkus plastik, jika tidak bisa dipastikan terkontaminasi debu.

“Banyak yang nanya, kue basah. Aku bilang tidak jualan. Aku juga malas jualan nasi, pembeli pasti sunyi,” ujar Sumarni memprediksi.

Sumarni mengaku mulai merintis usaha sekitar 2011, intensitas berlebih dampak debu baru dirasakannya sejak sekitar 2015. Belakangan saban tahun, didapati debu makin parah, terlebih jika musim kemarau tiba.

Siang itu debu yang menghampiri warung Sumarni sudah tidak begitu banyak, hujan yang sesekali turun dalam sepekan terakhir meringankan beban Sumarni.

“Kalo mau berwudhu kaki ini hitam, jika sampai dua hari tidak disikat hitamnya sampai ke kuku,” akunya.

Suami Sumarni yang tiba-tiba datang dan menguping obrolan langsung mengajak melihat keramik putih di teras rumahnya yang hanya selemparan batu dari tempat berdagang. Debu hitam tidak begitu jelas terlihat, karena paginya sudah dibersihkan. Ia menunjuk dinding bagian atas samping rumah, di antara atap yang dicat putih, bercak hitam pekat terlihat samar, menempel di sana.

“Coba perhatikan juga dinding rumah orang itu, kelihatan kan jelas bercak hitam bekas debu,” ujar dia, sambil menunjuk ke rumah tetangganya yang berada di seberang jalan.

Debu diduga batu bara menempel di bagian atas bangunan rumah Sumarni. Foto: rdy.

Di hari yang sama, Kanal kalimantan mendatangi Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri Bakumpai, kasat mata, tidak mendapati partikel terkecil menempel di pelataran, selasar sekolah, apalagi di dalam kelas, hingga tempat bermain anak.

Debu berwarna hitam pekat hanya didapati di bagian sisi jendela ruangan guru paling depan, menghadap ke sisi jalan raya, hingga sederet jendela yang letaknya di ujung bangunan kelas. Bagian yang jarang terjangkau pembersihan.

“Tidak ada dampaknya lho (debu) disini,” tepis, Siti Fatriah, Kepala Sekolah TK Negeri Bakumpai.

Didampingi suaminya, Siti Fatriah menceritakan kondisi lingkungan di sekitar sekolah masih terasa asri, minim polusi udara. Hingga saat ini anak didik dan para orangtua murid tidak pernah mengeluh pencemaran debu yang dimaksud.

Debu hitam diduga batu bara menempel di sisi jendela, area yang jarang dibersihkan. Foto: Kanal kalimantan.

Murid di sekolah ini jumlahnya 60 orang, sejarahnya, bangunan TK didirikan pada 2022, hibah dari perusahaan yang beroperasi di dekat kawasan tersebut. Tadinya TK Bakumpai statusnya milik swasta, bangunan lama dengan nama TK Melati, letaknya sekitar 50 meter dari bangunan yang baru, berdiri sejak 2002 yang lalu.

Diakui Siti Fatriah, jika ada berkegiatan besar atau tahunan di sekolah, mereka selalu disupport oleh pihak swasta. Termasuk para guru yang mengajar dalam beberapa periode mendapat semacam dana insentif.

“Kami malah dibantu setiap bulan, dana bulanan untuk gurunya. Kan ini (sekolah) di bawah binaannya,” kata Siti Fatriah memberitahu.

“Debu berwarna hitam pekat?”. Ya, itu diduga adalah partikel kecil dari debu batu bara.

Pencemaran debu batu bara berwarna hitam, diduga berasal dari aktivitas bongkar muat batu bara di area pelabuhan, berlokasi di Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai. Jetty milik PT Talenta Bumi ini dituding warga menghasilkan debu berlebihan, lantaran berlokasi di kawasan pemukiman penduduk. Video amatir debu batu bara yang mengamuk ditiup angin, di lokasi jetty pernah direkam warga, lalu viral.

Sumarni mengklaim, debu kehitaman pekat yang hinggap di warungnya itu tadi, berasal dari perusahaan PT Talenta Bumi. Jika diukur garis lurus, jarak perusahaan itu ke warung Sumarni, hanya sekitar kurang lebih 715 meter. Warung dan tempat tinggal Sumarni ini berada dalam ring dua perusahaan.

Di ring satu, jarak terdekat ke jetty, sebenarnya adalah sarana pendidikan TK Negeri Bakumpai, jika dihitung garis lurus, jaraknya hanya sekitar kurang lebih 119,12 meter dari perusahaan.

Bedanya, klaim kepala sekolah, di kawasan ini perusahaan rutin melakukan pembinaan kepada masyarakat, termasuk penyiraman menggunakan mobil tangki, menanami pohon-pohon yang rindang dan upaya lainnya untuk mengantisipasi debu batu bara.

Sebaran debu batu bara yang hinggap di rumah warga, sebelumnya pernah diteliti Setia Budhi, akademisi FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin. Dosen senior itu, sudah lama melakukan advokasi kepada warga di beberapa desa di Kecamatan Bakumpai hingga Marabahan.

Setia Budhi mencatat, problem penurunan kualitas udara akibat debu batu bara pernah terjadi 2015 yang lalu, namun, tidak separah di tahun ini. Terbaru, sebaran debu batu bara yang meresahkan warga itu makin meluas di pertengahan 2023. Risetnya yang banyak mewawancara warga penghuni area pesisir sepanjang aliran Sungai Barito memperkuat fakta tersebut.

Di Kecamatan Bakumpai, pelabuhan di datanya berjarak sangat dekat pada empat kampung, yaitu Sei Getas, Sei Tampung, Saka Budi, dan Desa Batik (Dulu Batilap). Kemudian, 400 meter dari seberang pelabuhan di Kecamatan Marabahan ada Desa Bagus, Desa Penghulu dan Rumpiang.

“Hampir semua (warga) banyak keluhan,” kata dosen antropologi budaya ini.

Setia Budhi, beberapa kali dilibatkan dalam pertemuan penting. Dia diundang sebagai narasumber lantaran memiliki dokumen dan data hasil wawancara. Beberapa pertemuan melibatkan warga di 17 RT Kelurahan Lepasan, instansi pemerintah daerah, forkopimda dan pihak perusahaan, membahas problem dampak buruk polusi debu batu bara, namun berujung pada hasil yang kurang memuaskan.

Sadar debu batu bara akan berdampak buruk pada kesehatan warga, dicetuslah action cepat, hingga melahirkan ide masyarakat membuat tempat aduan sementaram. Posko didirikan tepat di depan TK Negeri Bakumpai, kemudian dinamai Posko Bitik Bahe.

“Posko ini sebagai tempat aduan masyarakat jika ada warga yang sesak nafas, karena sudah mulai ada yang sakit-sakitan, segera antar ke Puskesmas atau ke rumah sakit Kota Marabahan,” jelasnya.

Teror Kesehatan Warga 

Posko penanggulangan Debu dan Kabut Asap Bitik Bahe, letaknya di depan TK Lepasan dan hanya beberapa ratus meter dari PT Talena Bumi. Foto: Kanal kalimantan.

Seturut kisah Setia Budhi, Melody -sapaan akrabnya- Melody Ricky Martin, pengelola Posko Penanggulangan Debu dan Kabut Asap Bitik Bahe di Kelurahan Lepasan membagikan kisah berdirinya Posko. Tempat aduan masyarakat ini muncul sebagai respons terhadap kekhawatiran warga yang termanifestasi dalam beberapa pertemuan antara komunitas dan pihak perusahaan.

“Tidak ada tindak lanjut dari pertemuan itu 1×24 jam, lalu kami buatlah spanduk, untuk warga yang terdampak di sini,” katanya.

Melody, mengaku, hingga kini jumlah warga yang menyampaikan keluhannya secara lisan ke Posko terus meningkat. Beberapa di antaranya menyuarakan protes karena debu masuk ke dalam rumah, di area halaman, aktivitas lalu lalang truk perusahaan menuju pelabuhan menggunakan jalan umum, serta kebisingan dari aktivitas bongkar muat batu bara yang didengar, beroperasi hampir 1×24 jam.

Dia berharap setidaknya melalui Posko ini, perusahaan dapat mewujudkan niat baik atau sekadar menyalurkan sarana pelindung diri, seperti masker, agar debu tidak berdampak pada kesehatan, terutama di dalam kawasan ring satu.

Ditanya apakah pernah ada kegiatan langsung, seperti pengecekan rutin kesehatan dari rumah ke rumah, atau kegiatan serupa, dilakukan oleh pihak perusahaan untuk masyarakat di sekitar. Melody mengaku hingga saat ini, contohnya saja, keluarga kecilnya tidak pernah menerima bantuan berupa obat-obatan atau minimal vitamin, untuk menjaga daya tahan tubuh mereka. Apalagi pengecekan kesehatan lainnya.

“Iya, tidak pernah ada semacam itu. Yang ada hanya bantuan sembako itupun setahun sekali, tetapi kami juga bingung apakah itu berasal dari pemerintah atau dari sumber dana lainnya,” ujar dia.

Pada 31 Oktober 2023, Kanal kalimantan melakukan kunjungan ke Puskesmas di Kecamatan Bakumpai, jaraknya sekitar 700 meter dari pelabuhan khusus bongkar muat batu bara. Kepala Puskesmas Lepasan, Ramli, mengakui debu hitam diduga batu bara sering mengganggu fasilitas kesehatan mereka.

Ramli memandu ke wastafel yang ditempatkan di luar kantor Puskesmas membuktikan. Debu hitam, diduga berasal batu bara, menumpuk jelas di permukaan bangunan wastafel.

“Setiap hari, pak, pokoknya orang di Puskesmas ini bosan sudah membersihkan itu karena hitam. Lihat saja itu debunya luar biasa,” keluh dia.

Sisa debu diduga batu bara masih menempel diarea bangunan wastafel Puskesmas Lepasan. Foto: Kanal Kalimantan.

Di Puskesmas Lepasan, mereka mendapati peningkatan jumlah penyakit terkait dengan penurunan kualitas lingkungan, pencemaran udara pada 2023. Ramli memantau ada peningkatan kasus penyakit terkait ISPA dan peradangan tenggorokan, khususnya, sering terjadi di antara kelompok rentan di dari Juli hingga Oktober 2023, bulan di saat keluhan debu mencapai puncaknya.

“Terbanyak didapati di Kelurahan Lepasan,” ungkap dia.

Meski demikian, belum dapat dipastikan penyakit ISPA dan peradangan tenggorokan disebabkan langsung oleh inhalasi debu. Banyak faktor lain penyebabnya.

Jumlah kasus penyakit ISPA dan peradangan tenggorokan, Juli hingga Oktober 2023. Sumber Puskesmas Lepasan. Infografis: kanal kalimantan.

Kanal kalimantan juga memperoleh data kunjungan warga di Puskesmas Lepasan dari Dinas Kesehatan Barito Kuala, lalu mendapati 10 penyakit terbanyak di Kecamatan itu dari 2018 hingga 2022. Kanal kalimantan mengelompokkan lima indikasi penyakit yang mengarah pada pencemaran kualitas udara seperti saluran pernafasan, iritasi kulit hingga alergi.

Data dari Dinkes Kalsel kembali diolah oleh: Kanal Kalimantan.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Seluruh Indonesia (PDPI) Cabang Kalimantan Selatan, dr Isa Ansori Sp P FISR menjelaskan, ISPA adalah masalah kesehatan yang bisa disebabkan oleh berbagai agen penyebab infeksi seperti masuknya kuman, bakteri, virus atau bahkan jamur ke dalam tubuh.

Isa -sapaan akrabnya- memberikan contoh sederhana, jika agen penyebab infeksi itu memasuki hidung, orang akan merespon dengan bersin. Sementara itu, jika terhirup dan berhenti di tenggorokan, reaksi wajar adalah batuk, karena tubuh berupaya mengeluarkan benda asing yang masuk.

“Reflek tubuh memang seperti itu,” jelasnya.

Ia menyoroti risiko serius jika agen penyebab infeksi berupa debu, khususnya partikel batu bara berhasil masuk ke dalam paru-paru, dapat menyebabkan penyakit serius seperti pneumoconiosis.

Pneumoconiosis atau paru hitam adalah penyakit yang disebabkan oleh akumulasi debu di paru-paru, dan biasanya dialami oleh pekerja tambang batu bara. “Pneumoconiosis itu adalah debu dari batu bara yang berterbangan ke udara masuk melalui saluran napas,” katanya.

Berdasar kandungan bahan kimia, debu batu bara pada dasarnya memiliki kandungan silika (SiO2 ), aluminium oksida (Al 2 O3 ), sulfur trioksida (SO3 ), besi (ferro) oksida (Fe 2 O 3 ), fosforus pentoksida (P 2 O 5 ), dan beberapa bahan kimia lainnya (Tabel 3, Wahyudi et al., 2022).

Jelas Isa, debu batu bara yang menumpuk di paru-paru melalui proses segala macamnya, akan membentuk  jaringan Fibrosis semacam perkunatan.

Pneumoconiosis itu terdeteksi lama tahunan, bisa lima tahun, bahkan bisa sepuluh tahun,” prediksinya.

Kabar buruknya, ia memberitahu orang yang sudah teridentifikasi paru hitam tidak akan bisa diobati, jika dibiarkan tentu akan menyebabkan kematian.

“Tidak bisa diobati itu, terus terang,” tegas Isa.

Karakteristik orang bisa terserang paru hitam mempengaruhi kerentanan, umur, imunitas, lamanya intensitas paparan debu, pola hidup, hingga riwayat merokok. Sebagian besar kasus pneumokoniosis terjadi pada kondisi lingkungan dan kontrol debu yang buruk.

Menanggapi kasus tercemarnya kualitas udara di wilayah Kecamatan Bakumpai, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Barito Kuala enggan berkomentar banyak, lantaran kebijakan dan pengawasan terkait perusahaan itu dilakukan oleh instansi di provinsi.

“Mungkin karena faktor kondisi cuaca, mereka (perusahaan) sudah sesuai dengan SOP-nya ada, mungkin karena kemarau, angin tidak bisa diprediksi, kami juga kemarin pernah kelapangan dan SOP-nya sesuai saja,” jelas Isnawati, Kabid Peningkatan Peran Serta Masyarakat dan Bina Lingkungan DLH Batola.

Ditanya terkait laporan hasil uji kualitas udara dan kebisingan di Kecamatan Bakumpai, Isna tidak memperlihatkan, alasanya hasil uji berada di bidang lain. Kanal Kalimantan memperlihatkan dan minta dijelaskan hasil dari salah satu laporan hasil uji kualitas udara dan kebisingan 2023, diperoleh dari narasumber.  Isna tidak terlalu paham detail hasilnya.

Kabar yang ia dengar, pihak perusahaan memang rutin melakukan uji kualitas udara dengan pihak ketiga dan untuk hasil selalu dilaporkan ke DLH Batola, ia berulang kali mengatakan, hasilnya masih standar baku mutu udara.

Menurut Isna penurunan kualitas udara di Kecamatan Bakumpai, tidak semata karena ulah perusahaan PT Talenta Bumi, namun juga ada kontribusi lain dari aktivitas kapal tongkang batu bara yang berlalu lalang di Sungai Barito.

Data Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banjarmasin menyebutkan, sejak Januari hingga 6 Desember 2023, sudah ada 31.139 kapal tongkang yang melintasi Sungai Barito.

Debu di Sungai Barito

Dampak buruk batu bara yang makin nyata diduga tidak hanya terjadi di udara, namun kawasan perairan. September 2023, warga mengklaim ribuan ikan nila di keramba mati akibat ditemukannya debu dengan jumlah yang sangat banyak mengapung dan masuk ke keramba.

Supriyadi, warga Kelurahan Marabahan Kota, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, mengaku dalam satu hari di keramba milik kelompok Perikanan Maju Bersama yang diletakan di jalur utama perairan Sungai Barito itu, ia bisa membuang bangkai ikan nila dua hingga tiga kali.

Ukuran dan umur ikan yang mati beragam. Mulai dari yang masih sekitar dua jari untuk bibit yang baru ditebar, hingga empat jari orang dewasa untuk ukuran nila yang sudah hampir siap dipanen. Ia menduga matinya ikan di karamba ini akibat kualitas air yang buruk, terlebih partikel batu bara yang ikut larut di air Sungai Barito. Ia sering mendapati debu mengapung masuk ke lusinan lubang keramba milik kelompok perikanan jika pagi hari. Supriyadi khawatir jika masalah ini berlarut-larut tidak segera diatasi maka akan mengalami kerugian yang makin besar.

Debu batu bara yang larut di Sungai Barito masuk ke keramba perikanan milik kelompok perikanan di sekitar perusahaan PT Talenta Bumi. Foto: ist

Ia juga membuat perhitungan nilai, meskipun diprediksi tidak semua ikan mati sebelum panen, namun diperkirakan angka kelangsungan hidup ikan akan jauh lebih rendah. Terang saja, jika satu lubang di keramba biasanya ditabur benih sebanyak 10.000 ekor nila, dengan modal sekitar Rp 25 juta. Jika dihitung angka kematian saja sudah mencapai ribuan ekor, maka kehilangan ini tidak hanya mengancam keuntungan. Bahkan mencapai titik dimana balik modal saja akan menjadi masalah yang membuat Supriyadi merasa sangat terbebani.

“Kami mengharapkan ada tindak lanjut dari perusahaan, baik berupa bantuan itu seperti pakan, maupun bibit, untuk membantu kerugian kami,” pintanya.

Kanal kalimantan menghitung jarak keramba milik Kelompok Perikanan Maju Bersama ke Pelabuhan PT Talenta Bumi melalui citra satelit jika diukur lurus, kurang lebih sekitar 1,53 km. Jika debu emas hitam itu berterbangan dan larut di air mengarah ke keramba Supriyadi dan kawan-kawan, maka kemungkinan pencemaran ini menuju ke arah bagian Barat.

Mengulik data base cari ilmuan, di Society of Indonesian Science Journalists (SISJ), Kanal Kalimantan mengontak Sigid Hariyadi MSc PhD dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia menerangkan dampak yang terjadi bila debu batu bara mencemari lingkungan di perairan.

Kandungan bahan kimia debu batu bara dijelaskan Sigid sebenarnya tidak cukup membahayakan di perairan, termasuk sungai. Debu bisa masuk ke perairan dan akan diencerkan, sehingga konsentrasinya akan menjadi cukup rendah.

“Dampak lainnya, bila terlalu banyak debu yang masuk ke perairan mungkin bisa menyebabkan air menjadi keruh, selama tidak sampai membuat keruh perairan, maka dampaknya relatif tidak signifikan,” jelas dia.

Sigid menganalisa, kebanyakan kematian ikan di keramba adalah akibat kekurangan oksigen. Oksigen bisa habis untuk proses dekomposisi bahan organik seperti sisa pakan hingga kotoran ikan. Bisa jadi debu batu bara tidak terlalu berkaitan.

Ia menyarankan membatasi masuknya debu atau ceceran batu bara ke perairan, dengan membuat sistem drainase di sekeliling kegiatan, sistem drainase ini berujung pada kolam pengendap sebelum masuk ke sungai.

“Tetapi bisa saja dampak negatif jangka panjang pada perairan berupa peningkatan bahan-bahan kimia dan pendangkalan sungai. Untuk mengetahui kepastian terjadinya peningkatan bahan-bahan kimia tersebut, perlu dilakukan monitoring berkala setiap bulan atau setiap dua bulanan,” sarannya.

Diketahui, Sungai Barito membentang di antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan, kini menjadi salah satu sungai terbesar di Indonesia dengan panjang mencapai 900 km dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito sekitar 46.500 km2.

Hasil riset para ilmuwan yang disajikan pada portal ISN Lab terkait kualitas air dan dampaknya akibat aktivitas tambang batu bara menunjukkan, Sungai Barito mengalami pencemaran ringan dengan konsentrasi DO berkisar antara 4,74 mg.l−1 – 5,36 mg.l−1, di bawah standar 6 mg.l−1.

Nilai BOD berada dalam rentang 2,68 mg.l−1 – 4,05 mg.l−1, melebihi ambang batas 2 mg.l−1. Sebaliknya, COD mengalami peningkatan dengan nilai antara 20,5 mg.l−1 – 30,1 mg.l−1, melebihi standar 10 mg.l−1. Hampir seluruh konsentrasi logam di sungai juga melebihi standar deviasi.

Sementara itu, parameter seperti derajat keasaman (pH), zat tersuspensi (TSS), BOD5, dan Fosfat (PO4) juga menunjukkan nilai di atas standar deviasi. Ini menyoroti perlunya tindakan lebih lanjut untuk mengatasi pencemaran Sungai Barito dan mempertahankan kesehatan ekosistem sungai yang teramat penting.

Menurut Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1999 mengenai Identifikasi Krisis Sungai, yang memperhatikan Indeks Pencemaran Air (IPA) > 0,5 dan Koefisien Variasi (CV) > 0,4, Sungai Barito tergolong dalam krisis DAS dengan prioritas tingkat 2. Sumber:infografis ISN-Lab.

Tuduhan debu batu bara yang mencemari lingkungan di udara dan di air di Kecamatan Bakumpai dan Kecamatan Marabahan, jelas ditolak PT Talenta Bumi. Mereka mengaku aktivitas bongkar muat di dermaga mereka bukan satu-satunya penyebab pencemaran lingkungan di Sungai Barito. Perusahaan tersebut menyoroti potensi dampak serupa yang berasal dari tongkang lain yang berlalu-lalang di sungai yang melintas di Kalteng dan Kalsel itu, terutama saat musim kemarau.

Bagian kehumasan PT Talenta Bumi Ical -sapaan akrab M Faisal Akbar-, saat ditemui pada 5 Desember 2023, berulang kali memperlihatkan bukti video tongkang batu bara bukan mitra mereka, mengeluarkan partikel hitam dengan jumlah yang sangat banyak. Ribuan tongkang yang melintas katanya memiliki potensi yang sama, baik yang bermuatan, atau sedang kosong ketika dihembus angin kencang.

“Kita juga punya bukti debu itu tidak hanya dari Talenta, tapi dari tongkang lain yang lewat, kita ada videonya. Kita mau menunjukkan namun orang mungkin lebih percaya debu berasal dari Talenta, jadi kita simpan untuk arsip kami saja,” jelasnya.

Ditanya apakah pihak perusahaan pernah melakukan uji kualitas udara dan air?, Ical menambahkan untuk pengecekan kualitas udara dan air dilakukan per tiga bulan sekali, di lokasi hulu, tengah dan hilir.

Kanal Kalimantan menanyakan bukti dan hasil uji kualitas air dan udara, Ical menyarankan untuk memintanya secara resmi bersurat ke PT Talenta Bumi. Dia hanya mengatakan lisan jika baku mutunya di bawah ambang batas dan pelaksanaan dilakukan oleh pihak ketiga.

“Kalau dari DLH Batola itu melakukannya per bulan, kalau dari kami lewat pihak ketiga tadi per tiga bulan,” ujarnya.

Kanal kalimantan mendapati data Laporan Hasil Uji Kualitas Udara dan Kebisingan, pada 15 Juli 2023. Foto: Narasumber, meminta dirahasiakan identitasnya.

Berkaitan dengan fasilitasi kesehatan, Ical menambahkan pihak perusahaan stockpile batu hitam itu sudah kerap melakukan pengecekan kesehatan warga. Bahkan rutin sebelum sebaran debu batu bara viral dan menjadi perbincangan. Pengecekan kesehatan warga di posko khusus, juga melibatkan puskesmas setempat.

Ical memperlihatkan salah satu bukti berupa data 83 orang yang dilayani kesehatannya di Desa Bagus, Kecamatan Marabahan, mereka rata-rata menderita hipertensi, hanya lima orang yang didapati ISPA.

“Kita beri obat, misalnya ada penyakit berat maka kita berikan lanjutan, seperti katarak. Tapi saya kurang tahu soal itu, yang lain yang mengurusnya,” sebut Ical.

Di sisi lain, terkait dampak debu batu bara yang dituding berasal dari perusahaan dan mengakibatkan kematian ribuan ikan milik keramba kelompok tani di Kecamatan Marabahan dan Bakumpai, pihak PT Talenta mengaku juga sudah melakukan semacam penggantian kerugian berupa materi untuk pembersihan debu di keramba.

“Klaimnya debu dari Talenta kan ya, mau tidak mau karena kita perusahaan yang berhubungan dengan batu bara di daerah sini, jadi kita bantu saja untuk membersihkan itu. Kalau tidak salah Rp500 ribu per lubang karamba,” jelasnya.

Saat mempertanyakan masalah pemasangan dust net setinggi 18 meter yang bertujuan untuk mengurangi debu batu bara, dan seringkali didapati terbuka terutama pada malam hari, sehingga fungsinya tidak optimal. Dust net tersebut terpasang di bagian belakang pelabuhan perusahaan dan menghadap ke perkampungan warga. Dengan tegas ia menjawab jika hal itu adalah masalah teknis di lapangan.

“Itu masalah teknis lapangan dan bukan bagian saya,” akunya lagi.

Suasana kerja di pelabuhan batu bara PT Talenta Bumi. Foto: Kanal Kalimantan

Sebelumnya Denny Setiawan, Manajer Health, Safety, and Environment (HSE) serta Corporate Social Responsibility (CSR) PT Talenta Bumi juga diwawancarai Kanal Kalimantan. Dia memaparkan data produksi PT Talenta Bumi paling besar ada di 2022 sekitar 10 juta ton, angka itu nilainya sedikit jika di banding ribuan tongkang yang lewat setiap tahunnya di perairan Sungai Barito.

Denny membandingkan pusat lalu lintas tongkang batu bara di Sungai Barito setiap harinya dengan tongkang yang bermitra dengan Talenta Bumi adalah hanya sebagian saja.

Dia memaparkan berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan guna mengurangi dampak debu batu bara tersebut, termasuk melakukan beberapa kali pertemuan dengan masyarakat dan pihak ketiga seperti yang dijelaskan sebelumnya, hingga pembenahan operasional juga internal.

Sementara konsentrasi keluhan sosial masyarakat yang sebelumnya difokuskan berada pada ring satu, berjarak 50 meter dari PT Talenta Bumi, meliputi RT 01 hingga RT 04 di Kelurahan Lepasan diperluas jaraknya hingga 100 meter ke RT 11.

PT Talenta Bumi mengklaim sudah melakukan penghijauan di area pelabuhan sejak 2013 yang lalu, dengan menanam pohon bambu, pemasangan dust net, serta penyiraman menggunakan water truck yang disewa dari masyarakat, sprinkler dan manual secara terus-menerus pemasangan Dust Suppression System (DDS) di keempat conveyor alat semprot chemical untuk menghilangkan debu.

“Terkait aspek sosial, itu banyak sekali yang kita sudah lakukan, termasuk pertemuan semenjak ada komplain langsung ke Kelurahan Lepasan sampai berita media yang masuk terkait dampak debu ini, sampai sekarang ini sudah ada pertemuan yang ketujuh, banyak yang kita tanggapi,” beber Denny belum lama tadi.

“Yang jelas kami dari manajemen Talenta Bumi sudah melakukan langkah-langkah perbaikan di internal juga di masyarakat, mungkin butuh waktu di masyarakat ya kita jalani saja, kita tunggu, kami memberikan yang terbaik untuk agar kita dapat beroperasi beriringan. Artinya kami perusahaan bisa jalan, masyarakat yang terkena dampak juga bisa normal seperti biasa,” lanjutnya.

Denny memperlihatkan dokumen laporan penyaluran dana CSR PT Talenta Bumi sejak 2018 hingga 2022 yang lalu, totalnya mencapai Rp55 miliar lebih.

Di Tahun 2018 produksi batu bara mencapai 7.275.486 ton, dana pengembangan masyarakat sebesar Rp 2.662.365.000. Dana kontribusi CSR ke Pemkab Batola Rp500 per ton produksi dengan total setoran senilai Rp 3.637.743.000 sementara Rp 1.421.000.000 digunakan untuk dana pengelolaan tenaga kerja desa flagman, pembersihan conveyor dengan swakelola desa. Ada juga dana pengelolaan moring tongkang swakelola desa Rp 1.552.000.000 dan pengelolaan penyiraman jalan yang juga masih swakelola desa sebesar Rp 3.120.000.000.

Tahun 2019 produksi batu bara mencapai 5.443.306 ton, dana pengembangan masyarakat sebesar Rp 1.596.000.000. Dana kontribusi CSR ke Pemkab Batola Rp 500 per ton produksi dengan total setoran senilai Rp 2.721.653.000 sementara Rp 1.421.000.000 digunakan untuk dana pengelolaan tenaga kerja desa flagman, pembersihan conveyor dengan swakelola desa. Ada juga dana pengelolaan moring tongkang swakelola desa Rp 1.160.000.000 dan pengelolaan penyiraman jalan yang juga masih swakelola desa sebesar Rp 3.120.000.000.

Produksi batu bara 2020 mencapai 2.510.927 ton, dana pengembangan masyarakat sebesar Rp 1.304.580.000. Dana kontribusi CSR ke Pemkab Batola Rp 500 per ton produksi dengan total setoran senilai Rp 1.225.463500 sementara Rp 1.421.000.000 digunakan untuk dana pengelolaan tenaga kerja desa flagman, pembersihan conveyor dengan swakelola desa. Ada juga dana pengelolaan moring tongkang swakelola desa Rp 534.400.000 dan pengelolaan penyiraman jalan yang juga masih swakelola desa sebesar Rp 3.120.000.000.

Di tahun 2021 produksi batu bara mencapai 6.974.857 ton, dana pengembangan masyarakat sebesar Rp2.014.471.000. Dana kontribusi CSR ke Pemkab Batola Rp 500 per ton produksi dengan total setoran senilai Rp 3.487.428.500 sementara Rp 1.421.000.000 digunakan untuk dana pengelolaan tenaga kerja desa flagman, pembersihan conveyor dengan swakelola desa. Ada juga dana pengelolaan moring tongkang swakelola desa Rp 1.422.400.000 dan pengelolaan penyiraman jalan yang juga masih swakelola desa sebesar Rp 3.120.000.000.

Produksi batu bara 2022 mencapai 10.739.895 ton, dana pengembangan masyarakat sebesar Rp 1.817.508.748. Dana kontribusi CSR ke Pemkab Batola Rp 500 per ton produksi dengan total setoran senilai Rp 5.369.947.500 sementara Rp 1.421.000.000 digunakan untuk dana pengelolaan tenaga kerja desa flagman, pembersihan conveyor dengan swakelola desa. Ada juga dana pengelolaan moring tongkang swakelola desa Rp 2.136.000.000 dan pengelolaan penyiraman jalan yang juga masih swakelola desa sebesar Rp 3.390.000.000.

Bentuk Tim Independen

Ditemui di Tahura Sultan Adam Mandiangin, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada Kamis, 7 Desember 2023, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, menyarankan pemerintah untuk membentuk tim independen guna melakukan audit dan evaluasi operasional di area tersebut, dari hulu hingga hilir, termasuk perizinan di kawasan permukiman. Cak Kis -biasa aktivis ini disapa- mempertanyakan alasan di balik penerbitan izin untuk pelabuhan atau stockpile PT Talenta Bumi.

Pencemaran di udara dan air, menurutnya, jika dibiarkan terus-menerus, akan menjadi masalah serius. Sungai Barito, yang saat ini mengalami pencemaran ringan, berpotensi untuk makin memburuk dan menyebabkan dampak serius terhadap kesehatan serta keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya.

“Ibarat debu biasa yang menempel di jendela kaca, walau sedikit lama-lama dibiarkan pasti menumpuk,” cak Kis mencontohkan.

Tanpa berlarut-larut, ia meminta pembentukan tim independen itu. Pemecahan masalah seharusnya segera diselesaikan, terlebih informasi yang sampai di telinganya sebelumnya saling berdalih mengenai siapa yang bertanggung jawab atas debu batu bara yang kini mencemari lingkungan tersebut.

Ketika bukti yang ditemukan di lapangan sudah cukup kuat, Kisworo mengharapkan warga melakukan gugatan hukum. Mengingat kejahatan lingkungan seperti ini sering terulang, menurutnya, negara harus mampu mengatasi hingga tuntas.

Mencontoh kasus-kasus terdahulu, dia meminta perusahaan untuk menghentikan sementara operasionalnya. Langkah itu sebagai bukti bahwa perusahaan juga serius dalam memastikan keselamatan rakyat.

“Terutama terhadap kelompok rentan, seperti manula, ibu hamil, dan balita, harus segera diperiksa paru-parunya karena ini adalah tanggung jawab perusahaan,” imbaunya. (Kanalkalimantan.com/rdy)

(Liputan ini adalah hasil program fellowship Peliputan Berbasis Sains yang diselenggarakan ISN Lab by SISJ dan didukung Google News Initiative)

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Kanalkalimantan.com

Previous
Previous

Virus Demam Babi (ASF) Tidak Menjangkiti Manusia

Next
Next

Petani di Kaki Bukit Barisan Terkebat Perubahan Iklim