Logam Berat di Tubuh Ikan Perairan Belawan Makin Gawat

Timbal merupakan logam yang biasa digunakan untuk pembuatan baterai, produksi industri, solder, amunisi, selimut kabel, pipa, dempul, pigmen dan lain sebagainya. Bayangkan jika logam berat ini masuk ke dalam tubuh kita.

Logam yang biasa disebut Pb ini dapat mencemari perairan, udara, tanah, dan manusia melalui pernafasan, kontak dengan kulit dan kontaminasi rantai makanan. Ikan Lidah rentan terkontaminasi logam berat.

Dalam jurnal Environmental Science and Pollution Research tahun 2014 menjelaskan ikan species Cynoglossus lingua ini sangat umum terpapar bahan kimia beracun. Karena memangsa ikan yang telah terkontaminasi serta kontak langsung dengan kontaminan dan sedimen yang terbawa air.

Hal ini terbukti di Laut Perairan Belawan, Kota Medan. Peneliti Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara (USU), Singgih Nasution dalam penelitiannya tahun 2019 mengungkap adanya kandungan logam berat Timbal pada Ikan Lidah dengan konsentrasi <0,03 Mg per kg.

Kemudian, IDN Times melakukan uji parameter yang sama pada November 2023. Hasilnya cukup mengejutkan, terdapat konsentrasi <0,07 Mg pada setiap 1 Kilogram Ikan Lidah dari Perairan Belawan. Tak hanya Ikan Lidah, uji parameter juga dilakukan pada Ikan Dencis dan Kerapuh dari perairan Belawan. Hasilnya juga sama, terdapat <0,07 Mg pada setiap 1 Kilogram Ikan Dencis dan Kerapuh yang berasal dari Perairan Belawan.

Manager Teknis Laboratorium Pengujian Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Medan, Rossi Evana menjelaskan nilai tersebut memang masih dalam batas aman untuk ikan tersebut dikonsumsi. Namun jika dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan gangguan Kesehatan.

Dalam regulasi internasional Keamanan Pangan yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia bekerja sama dengan FAO (WHO-FAO Joint Commission on Food Additives) dijelaskan batas aman kontaminasi timbal dikonsumsi 3 Mg dalam satu minggu atau 0,05 Mg per Kg.

Sedangkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam peraturan Nomor 23 tahun 2017 tentang Batas Aman Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan menetapkan batas maksimum Timbal di tubuh ikan yang aman dikonsumsi adalah 0,20 Mg per Kg.

Adi Gunadi, Nelayan Tradisional di Belawan mengungkapkan Ikan Lidah merupakan salah satu ikan favorit tangkapan nelayan. Selain rasanya enak, harganya juga cukup tinggi sehingga menguntungkan nelayan.

“Harga per kilo bisa sampai Rp40 ribu, warga Belawan ini sangat suka Ikan Lidah karena dagingnya manis,” ujar pria yang akrab disapa Pak Igun ini.

Walaupun sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun sebagai nelayan, ia tidak mengetahui apakah ikan yang ditangkapnya tercemar logam berat atau tidak. Yang ia rasakan semakin hari semakin sulit mendapatkan ikan. Saban tahun ia harus mengayuh sampan lebih jauh untuk bisa mendapatkan ikan.

“Kalau dulu di pinggir-pinggir ini sudah bisa dapat ikan. Sekarang harus berkilo-kilometer ke tengah laut baru dapat,” ungkap pria 50 tahun ini.

Seorang Ibu Rumah Tangga di Belawan, Nuraini Lubis adalah salah satu pengemar Ikan Lidah. Menurutnya Ikan Lidah ini enak dibuat apa saja dan dagingnya sangat lembut.

“Biasa kalau dapat yang kecil enak dibuat ikan asin. Kalau yang besar enak, digulai, digoreng, diapain aja enak ikan ini,” terangnya.

Pakar Kesehatan Lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Budi Haryanto menjelaskan logam berat seperti timbal tidak ada gunanya untuk tubuh manusia sehingga tidak bisa diserap oleh tubuh dan akan mengendap. Untuk itu sebaiknya menghindari konsumsi makanan dan minuman yang terpapar logam berat.

“Pada orang dewasa itu jika terdapat kadar timbal >10 Mg maka akan berbahaya bagi kesehatan, sedangkan pada anak-anak itu >5 Mg saja sudah berbahaya. Sehingga makanan atau minuman sebaiknya tidak mengandung timbal sama sekali,” katanya kepada IDN Times.

Pada anak-anak, menurutnya, ada 5 akibat dominan yang bisa timbul karena mengonsumsi pangan mengandung timbal. Pertama, gangguan sistem syaraf pusat seperti gangguan kecerdasan, reproduksi, motorik, mental, hingga autis.

Kedua, gangguan pembentukan sel-sel darah merah dan bisa memicu anemia. Ketiga, gangguan pendengaran. Keempat, gangguan pencernaan, dan kelima, gangguan pertumbuhan fisik seperti stunting, wasting atau kurang gizi.

Stunting pada anak bisa terjadi karena adanya pencemaran lingkungan yang bermula dari kurangnya asupan zat besi sehingga menyebabkan peningkatan penyerapan timbal. Hal ini bisa menganggu pertumbuhan pada anak.

“Pada orang dewasa dampak dominan yang muncul adalah gangguan sistem reproduksi dan anemia. Lebih bahayanya lagi logam berat bisa masuk ke janin ibu hamil. Kalau ibunya terpapar oleh logam berat maka bisa kesulitan dalam melahirkan. Kalau melahirkan secara normal, bayinya kemungkinan mengalami autis,” jelas Budi.

Paparan logam berat pada ikan di Perairan Belawan bisa jadi berkaitan dengan jumlah kasus stunting di Kota Medan, khususnya di Kecamatan Medan Belawan. Dikutip dari laman resmi Pemko Medan pada Juli 2023 tercatat ada 60 balita di kecamtan ini yang mengalami stunting. Selain itu sebanyak 6.305 keluarga di Kecamatan Medan Belawan tercatat berisiko stunting.

Kasus Ikan Lidah terkontaminasi logam berat ini juga terjadi di Selat Madura. Peneliti dari Universitas Airlangga, Acivrida Mega Charisma dalam Journal of Biological Researches membeberkan dari hasil uji parameter yang dilakukannya di tiga titik, Ikan Lidah di Selat Madura terkontaminasi timbal dari 3,23 Mg/Kg hingga 5,63 Mg/Kg.

Pentingnya konsumsi ikan

Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU), Prof. Dr. dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi., Sp.GK(K) mengakui betapa pentingnya mengonsumsi ikan bagi manusia, khusunya untuk pertumbuhan dan kesehatan anak.

Namun ia menggarisbawahi, agar ikan yang dikonsumsi harus benar-benar sehat dan tidak tercemar logam berat. Karena dampak paling sering ditemui jika terlalu sering mengonsumsi ikan terpapar logam berat adalah kanker.

“Ikan itu sumber protein dan lemak, konsumsi ikan pada masa pertumbuhan anak-anak akan mencukupi untuk pertumbuhan si anak karena pada ikan ada yang namanya asam lemak. Itu termasuk Omega 3 yang membantu pembentukan sel syaraf anak, selain itu akan membuat pertumbuhan syarafnya bagus, kecerdasaannya bagus. Jangan lupa lemak pada ikan adalah lemak baik dan tidak jenuh sehingga baik sekali untuk pertumbuhan,” katanya.

Bagi orang dewasa, konsumsi ikan juga bagus untuk pertumbuhan karena kadar lemaknya rendah. Asam Amino pada ikan sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu orang dewasa memerlukan sumber protein tanpa lemak tinggi yang hanya bisa didapat dari makan ikan. Selain itu ikan juga memiliki anti inflamasi atau penangkal peradangan.

Pada tubuh ikan juga terdapat kalsium yang bagus untuk pertumbuhan anak. Ayam dan daging sapi, diakuinya memang mengandung protein, tetapi sayangnya kadar lemaknya juga tinggi.

“Ikan ini luar biasa, bisa untuk memenuhi kebutuhan kalsium, vitamin D-nya di minyak ikan juga yang berfungsi untuk mengubah Omega 3 menjadi EPA dan DHA, itu hanya ada di tubuh ikan gak ada di ayam dan daging,” jelas Prof Dina.

Ia menyarankan sebaiknya mengonsumsi ikan 3-4 porsi per minggu, semakin banyak makan ikan semakin bagus. Sedangkan kekurangan konsumsi ikan bisa memicu terjadinya stunting pada anak. Tubuh anak memerlukan sumber protein untuk mencegah stunting. Protein dari ikan ini lah yang sangat dibutuhakan karena mudah diserap tubuh.

“Tetapi jangan lupa, perhatikan juga sumber ikannya dari mana dan cara memasaknya. Mengolah ikan itu juga harus hati-hati, karena ikan sangat rentan terpapar logam berat. Jangan sampai tujuannya makan ikan untuk sehat malah jadi penyakit,” tegasnya.

Selamatkan Perairan Belawan dari Pencemaran

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara (Walhi Sumut) Rianda Purba, menjelaskan keberadaan Perairan Belawan sangat penting bagi kota Medan. Pertama sebagai jalur perdagangan dan transportasi terpenting di Pulau Sumatera.

Perairan Belawan juga sangat penting bagi kota Medan sebagai sumber mata pencarian warga Belawan, ruang hidup bagi masyarakat dan satwa, sumber daya perikanan dan pertanian, kegiatan industri hingga sebagai pengendali air permukaan dan penahan banjir untuk Kota Medan.

Tak bisa dimungkirinya, kini Perairan Belawan sudah tercemar. Maka perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi. Pertama, lakukan audit Lingkungan terhadap seluruh aktivitas industri di Belawan.

“Ini sesuai mandat dari UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” ujar Rianda.

Kedua, segera lakukan pemulihan Lingkungan kawasan perairan Belawan yang terdampak kontaminasi logam berat. Dalam upaya pencegahan ke depannya, setelah mengaudit, Pemerintah perlu untuk melakukan tindakan penegakan hukum terhadap aktivitas-aktivitas industri yang membuang limbah ke sungai-sungai yang bermuara di Perairan Belawan.

“Walhi Sumut ingin menarik dukungan publik luas dan khususnya masyarakat Kota Medan untuk bersama-sama menyuarakan pemulihan Lingkungan hidup di Perairan Belawan. Sebagai organisasi Lingkungan Hidup, kita mendesak agar Pemko Medan segera telusuri sumber masalahnya, audit seluruh aktivitas industri di Belawan dan sekitarnya, dan mengambil langkah dan dorongan penegakan hukum,” ungkapnya.

Prof Dina lebih menyarankan pemerintah segera mencari penyebab kontaminasi logam berat di Perairan Belawan dan dilakukan langkah-langkah yang bisa memperbaikinya. Apakah karena aktivitas industri, sampah masyarakat, limbah rumah tangga, atau sebab lainnya, harus bisa ditemukan penyebabnya sehingga bisa dicari solusi yang tepat.

“Jangan sampai Belawan ini nanti seperti tragedi di Kota Minamata, Jepang tahun 1956, masyarakatnya menderita penyakit dan bayi yang dilahirkan mengalami cacat fisik karena konsumsi ikan yang tercemar mercuri,” ungkapnya.

Cara Konsumsi Ikan yang Baik

Prof Budi menjelaskan logam berat timbal ini sangat sulit dimusnahkan jika berada di dalam tubuh ikan. Harus dimasak dengan kondisi benar-benar matang.

“Timbal mempunyai titik didih di atas 400 derajat celcius, jadi kalau dimasak tidak sampai titik didih maka logam beratnya itu masih ada di rantai makanan dan masuk ke dalam tubuh manusia,” terangnya.

Prof Dina mengakui fakta di lapangan ada ikan yang sudah terpapar logam berat, mercuri dan lain sebagainya. Namun karena logam berat di dalam tubuh ikan itu tidak bisa dilihat oleh mata, maka pengolahan ikannya yang harus diperhatikan dengan benar.

Pertama, saat membeli perhatikan dulu warna permukaan kulit ikannya. Jika terlihat segar dan tidak rusak berarti ikannya masih bagus untuk dikonsumsi. Namun jika sudah berubah warna bahkan sudah berwarna ungu insangnya dan baunya tidak sedap sebaiknya dihindari.

Kedua, menggoreng ikan sebaiknya benar-benar matang tetapi tidak boleh terlalu kering apalagi sampai hancur. Karena kandungan proteinnya akan pecah atau denaturasi. Ikan juga bagus dipanggang, steam, rebus, dan pepes. Yang terpenting pastikan ikan benar-benar matang.

Ketiga, jika mengonsumsi ikan sebaiknya dibarengin dengan makanan berserat atau mikrobium. Jangan lupa juga konsumsi harus bervariasi, jangan ikan melulu setiap hari.

“Orangtua harus cerdas memenuhi kebutuhan makanan pada anak. Jangan ikan melulu, variasi makanan akan lebih baik. Kemudian saat membeli ikan, jika menunjukkan perubahan warna jangan dibeli. Jangan pula gara-gara harga murah malah merugikan untuk kesehatan,” pungkasnya.

"Liputan ini hasil program fellowship Peliputan Berbasis Sains yang diselenggarakan ISN Lab by SISJ dan didukung Google News Initiative."

Artikel ini sebelumnya telah terbit di IDN Times

Previous
Previous

Hilangnya Surga Sandbank di Pesisir Kuta

Next
Next

Karena Prahara Iklim, Piring Pun (Akan) Merindukan Nasi